Rabu, 24 Mei 2017

(TM1 PENGLAB) LAPORAN ALAT UKUR JEMBATAN WHEATSTONE



LAPORAN PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR
“JEMBATAN WHEATSTONE”


DISUSUN OLEH:
DODI SETIAWAN PUTRA

ANGGOTA KELOMPOK:
1. RIZCYANI PUTRI
2. UTARI PERISMA DEWI

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

I. JUDUL        : JEMBATAN WHEATSTONE
II. TUJUAN   : a. Memahami konsep kerja jembatan wheatstone.
b. Menunjukkan persyaratan-persyaratan yang berlaku pada jembatan wheatstone.
c. Menghitung besarnya nilai sebuah hambatan dengan jembatan wheastone.

III. DASAR TEORI
            Jembatan wheastone merupakan salah satu model rangkaian hambatan listrik. Contoh model rangkaian ini dapat dilihat seperti gambar 6.9. Rangkaian tersebut jadi menarik karena memliki sifat yang khusus. Sifat itu telah di jelaskan oleh wheastone sehingga di namakan jembatan wheatstone.
            Apabila arus listrik yang melalui rangkaian di ubah-ubah atau beda potensial di ubah-ubah maka, pada saat potensial di titik C sama dengan potensial di titik D (vcd=0) akan memenuhi sifat:
“perkalian silang hambatan-hambatan bernilai sama”.
VcD = 0               R1R3=R2.R4
                Sifat persamaan di atas dapat dibuktikan melalui eksperimen untuk mengukur keadaan V0 = Vc (VCD=0). Maka hambatan Rs dapat di ganti galvanometer menunujukan nol atau lampu indikator akan padam.
(Damari, 2001: 77)

Prinsip kerja jemabatan wheastone.
            Prinsip jembatan wheatstone di pakai untuk mengukur besar tahanan suatu penghantar.
            Jembatan wheatstone terdiri dari 4 tahanan disusun segi empat dan galvanometer dengan syarat:
a. R1 dan R2 biasanya di ketahui besarnya.
b. R3 tahanan dapat di ukur besarnya sehingga tidak ada arus yang mengalir lewat rangkaian B-C-G (galvanometer)
c. R2 tahanan yang akan di ukur besarnya. Bila arus yang mengalir lewat G=0, maka:
RXR2 = R1R3
                                          RX = R1R3 (Sugiyono, 1998: 125)
            Untuk membuktikan perumusan sifat jembatan wheatstone dapat di rancang alat rangkaian alat. Rangakian hambatan menggunakan R1 dan R2 dan sebuah resistor yang nilainya sudah di ketahui. Agar nilainya dapat di ubah-ubah maka dua hambatan yang lain digunakan kawat penghantar. Setiap penghantar akan memiliki hambatan yang sebanding dengan panjang kawat R-L. Kemudian untuk mengetahui keadaan beda potensial di titik C dan titik D, di pasanglah galvanometer. Galvanometer juga di ganti amperemeter atau lampu indikator.
            Jika posisi kabel titik C(c’) di geser-geser sehingga galvanometer menunjukan angka nol, maka pada rangkain iu berlaku perkalian silang yang sama seperti berikut:
R1RCB = RXRAC
R-L berarti RCB-LC dan Rac-L1, sehingga persamaan di atas dapat di buktikan dengan menggunakan kesamaan dua perkalian di atas. (Damari, 2002: 46)
            Rumus untuk jemabatan wheatstone yaitu, R1xR4 = R2xR3. Jembatan wheatstone berguna untuk mengukur hambatan yang sangat teliti. Jika skalar S di hubungkan dengan menggeser-geser kontak k kita bisa membuat galvanometer angka nol yang di sebut angka setimabang. (Surya, 2004: 3)
            Jembatan wheatstone adalah sebuah metode untuk menyelesaikan perhitungan hambatan pengganti pada rangkaian metode yang bisa di pakai yaitu:
R1xR3 = R2xR4
            Dengan demikian, kita bisa mendapatkan hambatan penggantinya sebagai berikut:
R = (R1+R2)( R3+R4)
    R1+R2+R3+R4
            Namun, jika syarat tidak terpenuhi maka, metode ini tidak bisa di pakai.

(Utomo, 2003: 6).
            Permasalahan yang timbul biasanya adalah bahwa tahanan pengukur regangan juga berubah oleh perubahan suhu dan oleh karenanya suatu cara untuk mengkompresikan suhu harus disediakan sedemikian rupa sehingga output jembatan wheatstone benar-benar hanya merupakan fungsi dari regangan. Hal ini dapat di lakukan dengan memasang sebuah pengikat tegangan palsu pada sisi jembatan wheatstone benar-benar hanya meruapakan fungsi dari regangan. Hal ini dapat di lakukan dengan memasang sebuah pengukur tegangan. Salah satu alternatif yang umum di pakai adalah dengan memasang empat pengukur aktif sebagai sisi jembatan wheatstone dan menatanya sedemikian rupa, sehingga salah satunya pasangan lainnya termampatkan. Hal ini tidak saja menghasilkan kompensasi suhu namun, juga memberikan perubahan output yang jauh lebih besar ketika peregangan di terapkan. (Burton, 195: 88).

IV. ALAT DAN BAHAN
1.    Jemabatan wheatstone
2.    Galvanometer
3.    Multimeter digital
4.    Power supply
5.    Resistor
6.    Potensiometer
7.    Kabel penghubung
V. PROSEDUR KERJA
1. Susun alat-alat seperti gambar, dengan R adalah resistance box, RX hamabatan tunggal, hamabatan paralel akan di ukur, (r) adalah power supply DC, RS adalah rhesistance, g adalah galvanometer.
2. Periksakan rangkaian pada pembimbing praktikum anda.
3. Geser perlahan-lahan  ujung konektor ke kiri  atau ke kanan sehingga jarum jam galvanometer tepat menunjuk nol.
4. Kemudian catat panjang l1 dan l2, serta kuat arus pada amperemeter, catat pula nilai k yang di gunakan.
5. Ulangi percobaan sebanyak 5 kali  dengan kuat arus yang berbeda sebanyak 5 kali, dengan kuat arus yang berbeda.
6. Ulangi percobaan masing-masing 5 kali untuk RX yang lain.






VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
No
Rangkaian
L1
L2
1
Seri
7,5 cm
7,5 cm
2
Parallel
5 cm
10 cm



7.2 PEMBAHASAN
            Pada percobaan jembatan wheatstone ini, kami menggunakan galvanometer, kabel, resistor yang memilikihambatan 120 Ω, batrai 9 volt, dan rheostat sebagai penghubung antara resistor dengan benda lainnya. Rheostat yang kami gunakan memiliki panjang kumparan 15 cm. Percobaan yang kami lakukan seharusnya menggunakan power sopply tetapi karena power supply yang ada rusak maka sebagai gantinya kami menggunakan batrai 9 volt.
            Awalnya kami merangkai rangkaian seri, resistor yang tidak diketahui diletakkan pada atau disambung dengan kabel pada bagian negative rheostat. Untuk resistor yang diketahui hambatannya dihubungkan dengan kabel pada rheostat yang positif. Kemudian galvanometer yang positif diletakkan pada tengah-tengah resistor yaitu antara resisitor yang tidak diketahui Rx dengan resistor yang diketahui R1. Dan untuk yang negative diletakkan pada lengan positif restart. Kami memastikan bahwa jarum galvanometer tepat berada di angka nol, yang dilakukan dengan menggeser-geser pegas reostart. Pada rangkaian seri yang kami buat kami mendapatkan nilai L1 adalah 7,5 cm dan untuk nilai L2 yaitu 7,5 cm.dimana jumlah lilitannya adalah 15 cm. untuk percobaan rangkaian seri ini berhasil, karena besarnya L1 dan L2 bila dijumlahkan maka akan menghasilkan jumlah lilitannya yaitu 15 cm. Rx pada rangkaian seri dalah 120 Ω dan untuk ketelitiannya adalah 100 %.
            Pada percobaan yang kedua yaitu kami merangkai rangkaian parallel. Untuk prosedur dalam melakukan percobaan ini sama dengan percobaan rangkaian seri. Dimana dapat dilihat pada gambar berikut:

                                        Rx
                        R2
                                            R1
Jadi untuk menentukan hambatan yang tidak diketahui (Rx) yaitu dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana pada percobaan dengan rangkaian parallel ini kami mendapatkan L1 yaitu 5 cm dan L2 adalah 10 cm. Sehingga untuk jumlah lilitannya adalah 15 cm. Rx yang kami dapatkan adalah 120 Ω dan ketelitiannya adalah 100 % dengan itu percobaan yang kami lakukan berhasi. Kedua, percobaan yang kami lakukan yaitu seri dan parlel ini setimbang karena potensial pada galvanometernya adalah nol, dengan itu percobaan yang kami lakukan berhasil. Percobaan yang kami lakukan sesuai dengan literatut yang menyatakan bahwa jembatan disebut setimbang bila potensial pada galvanometer adalah 0 v, atrinya tidak ada arus yang melalui galvanometer.

VII KESIMPULAN
1. Hambatan yang belum diketahui dapat dilakukan dengan cara menggeserkan kotak logam pada kawat yang ada pada rangkaian jembatan wheatstone. Menentukan nilai hambatan yang belum diketahui, dicari terlebih dahulu hambatan yang diketahui dikalikan dengan segmen kawat 1 yang berbanding terbalik dengan segmen kawat 2.
2. Mengetahui prinsip kerja pada jembatan wheatstone, menurut Hukum Kirchoff 1 dan 2, arus pada kedua ujung kumparan itu sama besar dan seimbang. Sehingga mengakibatkan nilai nol pada alat tersebut.
3. Merangkaikan alat dilakukan dengan cara menghubungkan kabel dengan warna yang sejenis dan mencocokkan post pada alat yang digunakan.



VIII DAFTAR PUSTAKA
Burton, wiliam.1952.Programable logic controcler(plc) sebuah penghantar Edisi ketiga.Jakarta: Alfabeta
Damari, ari.2001.Kupas tuntas fisika SMA kelas 1,2,&3.Jakarta: Wahyu media
Sugiyono.1998.Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.Bandung: CV alfabeta
Surya, Yohanes.2009.Listrik dan magnet.Tanggerang: Tim PT. Kendal
Utomo, Pratiadi.2003.Fisika interaktif.Jakarta: gramedia.

IX LAMPIRAN HITUNG
Seri
Rs = R1 + R2
     = 120 Ω + 120 Ω
     = 240 Ω

Rx L1 = R1 L2
Rx 7,5 cm = 120 Ω 7,5 cm
Rx = 120 Ω

Ketelitian =
                 =
                  =
                  = 100%
Parallel
 
Rp = 60 Ω

Rx = 120Ω

Ketelitian =
=
                        =
                        = 100%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar